Sunday 12 February 2012

Cinta Ala Kadarnya

"Cintailah kekasihmu sewajarnya saja" Sabda Rasul (HR. Al-Tirmidzi)


Mario Teguh, seorang motivator yang punya acara di stasiun televisi swasta dengan logo berwarna biru, pernah mengatakan bahwa sesungguhnya cinta adalah pemujaan. Bahkan dalam akun facebook-nya dia membuat sebuah kutipan seperti ini:

"Cinta adalah pemujaan dan penyerahan total yang menjadikan kita penghamba yang tak terlindungi, yang akan terlukai oleh pengkhianatan yang memilukan tanpa tara"


Beliau pun pernah berkata bahwa sesungguhnya cinta itu adalah ketika kita merasa harus memiliki seseorang yang kita cintai. Ketika kita berkata cinta itu tak harus memiliki, sesungguhnya itu hanya sebuah bentuk penghiburan diri atas rasa pilu yang sedang dirasakan akibat ditolak cintanya.


Perkataan sang motivator kebanyakan ada benarnya. Ketika aku mencintai kamu pun, aku merasa harus memiliki kamu seutuhnya, selamanya. Aku pun begitu memujamu, hingga ruang di hati dan pikiran ini hanya dipenuhi oleh semua tentang kamu.

Aku selalu merindumu bahkan setelah satu menit kamu meninggalkan aku pulang. Aku menyimpan bayangmu dan membawanya ke dalam mimpi.

Tak pernah sedetik pun kamu absen dari pikiranku. Kamu pun tak pernah beranjak dari satu tempat yang aku sediakan khusus untuk kamu di satu sisi hatiku. Kamu hidup dan terus bermain di anganku.

Ketika kamu menghilang sejenak dari dunia nyataku, aku sakau. Kamu memang bagaikan obat yang harus selalu aku minum agar aku bisa tetap hidup. Kamu seperti udara yang wajib aku hirup agar jantungku bisa terus bekerja memompa darah ke seluruh tubuhku. Kamu adalah jiwa yang aku perlukan agar raga ini tidak hanya sekedar tempat kosong yang bisa bergerak.

Ya...

Aku memujamu..

Dan aku memerlukanmu agar aku hidup.

Tapi mungkin memang benar, bahwa tak ada satu pun yang akan hidup abadi, bahkan cinta dan perasaan. Mungkin kita memang bukan Romeo dan Juliet yang mempertahankan cinta mereka hingga mati. Kita hanya sepasang manusia biasa yang sama sekali bukan makhluk abadi, dan begitu pula perasaan kita.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kamu mengajarkan aku untuk tidak terlalu memuja orang yang kita cinta. Bahkan pemimpin agama kita pun berkata seperti itu.

Rasulullah Saw. bersabda, cintailah kekasihmu sewajarnya saja, karena bisa saja suatu saat nanti dia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti dia bisa jadi kekasihmu (HR. Al-Tirmidzi)


Kamu mencintaiku sewajarnya saja, bahkan tidak sampai memuja. Tak ku sadari apa yang kamu lakukan itu adalah contoh bagiku agar aku pun juga bisa melakukan apa yang kamu lakukan.

Memang butuh waktu yang tidak sebentar bagiku untuk mengerti itu. Bahkan, aku pun sudah lupa sejak kapan kamu mengajarkan aku untuk tidak terlalu memujamu, dan aku baru bisa sedikit menguasainya sekarang.

Mungkin memang seperti ini cinta ala kadarnya. Cinta yang tidak memuja. Cinta yang biasa saja. Cinta yang sewajarnya.

Rasanya agak aneh sebenarnya.

Seperti ada kosong yang datang menyapa.
Dan seperti berkurangnya kadar cinta.

Ah, tapi mungkin itu hanya karena aku belum terbiasa.

I still have this love, but perhaps it is not as big as yesterday. 
But still, there is you living in a part of my heart, where won't be replaced by anyone. 


Untuk dia, karena hanya ada dia.

0 comments:

Post a Comment