Saturday 18 June 2011

untitled

tulisan ini, lagi-lagi ditulis di sebuah waktu yang seharusnya para perempuan sedang tertidur pulas. entah aku perempuan apa yang masih terjaga hingga malam sudah melewati batasnya dan saat ini sudah memasuki hari selanjutnya.
malam-malam sepi seperti ini, perasaan memang sering menjadi galau. dan galau telah menjadi hobiku akhir-akhir ini. haha, aku pun sering merasa lucu sendiri, galau kok bisa dijadikan hobi.

sesaat setelah mengambil sebuah keputusan yang bisa aku bilang berat, seorang saudara mengatakan kepadaku : lebih mudah mengerjakan 20 tugas kuliah dalam satu malam daripada menjaga istiqamah. pertamanya aku pikir itu hanya gertakan untuk menguji sejauh mana aku berniat untuk mengambil keputusan ini. tapi, mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya sudah pernah diberitahukan kepadaku sebelumnya, hanya saja aku yang terlambat memahaminya.


tidak. bukan, bukan itu yang membuat malam-malamku semakin menggalau. sampai saat ini aku malah semakin mantap dengan sebuah kain yang melingkar di kepalaku ini. yang menjadi masalah terbesar yang aku hadapi sekarang adalah, rasa yang terus menerus mendesak di bawah dada ini. rasa sayang ini, rindu ini, cemburu ini, bahkan mungkin cinta ini masih terus mendesak ku agar terus memeliharanya hidup..

aku memang tidak pernah berniat untuk membunuh perasaan yang sudah tumbuh dan berakar di hati ini. tapi pada akhirnya perkembangannya berbalik menjadi parasit yang menggerogoti ku sendiri. bingung antara ingin ku bunuh dan buang saja dia, atau lebih baik ku bius dengan dosis tinggi dan akan kubangunkan di saat yang tepat nanti.

mungkin ini adalah sebuah pertolongan yang diberikan untukku, hanya saja aku yang masih belum bisa menerima mengapa ini terjadi begitu cepat. hilangnya banyak waktu antara aku dan dia adalah sebuah cara yang tepat untuk bisa membius perasaanku padanya agar tertidur dan tak akan mendesak keluar. tapi ternyata, di sisi lain otak ku memberontak. ingin ku keluarkan otakku dan mengambil semua ingatan akan dirinya. semakin hilang dia dari hidupku, semakin jelas bayangan yang tergambar di kepalaku. sudah ku coba berlari. sudah ku coba sembunyi. masih saja bayangan itu mengikuti.

sudah ku coba berhenti menghubunginya dan acuh tak acuh akan kabarnya. tapi hatiku terus mengusik, memaksaku mellihat layar ponsel genggamku, mengharapkan ada sebuah pesan yang masuk atas namanya. berharap ada sebuah panggilan masuk, dan ketika aku berkata halo, akan terdengar suaranya yang memanggil namaku dengan lembutnya.

betapa mudahnya dia membuat sebuah kesibukan untuk bisa memakan waktu yang dulu ada untukku. sedangkan waktu yang aku punya untuk dia, sampai sekarang pun masih kosong, dan terisi untuk mengingat semua kenangan tentang dia. Tuhan, berlakulah dengan adil, ku mohon. buat aku juga memiliki kesibukan hingga aku tak akan sempat lagi mengurus bayi perasaan yang terus merengek padaku ini.

bayi perasaan ini terus merengek padaku agar aku memberinya asupan kecemburuan agar dia bisa tumbuh semakin besar. dia terus merengek agar aku mempertahankannya dan tak membiarkan orang lain merebutnya. Tuhan, sadarkan aku, aku tidak lagi mempunyai sebuah hubungan dengan dia. aku sudah tak berhak merajuk karena dia tak memiliki waktu untukku. aku sudah tak berhak cemburu padanya, aku sudah tak berhak melarangnya berhubungan dengan orang lain, aku sudah tak berhak membatasi ruang geraknya untuk berkomunikasi dengan lawan jenisnya yang lain. Tuhan, sadarkan aku bahwa aku sudah tak berhak akan hal itu lagi. sadarkan aku akan posisiku saat ini.

Tuhan, semoga dia akan terus ingat bahwa aku masih di sini, melihatnya terus melanjutkan hidupnya. tersenyum saat dia bahagia, menangis saat dia bersedih, terluka saat dia tersakiti, tertekan saat dia terjatuh. semoga bibir ini tak akan pernah lelah merangkai untaian-untaian doa untuk segala sesuatu yang terbaik untuk dia, amin.

0 comments:

Post a Comment