Monday 18 November 2013

Thanks, Mantans!

Ternyata, jadi jomblo itu nggak se-mengerikan yang gue bayangin.

Tiga bulan paska gue diputuskan paksa oleh pacar, eh, mantan gue, teman-teman gue sudah nggak terlalu kepo lagi untuk bertanya
"Lo sama dia kenapa sih?"
"Lo kok twit-nya galau mulu sih? Kenapa?"
"Lo putus, Ban?"

Dan mereka sudah nggak terlalu hot lagi untuk BBM gue, atau whatsapp gue untuk sekedar bilang
"Sabar ya, Ban."
Atau komentar
"Kok bisa? Padahal kalian cocok banget keliatannya."
"Sayang ya, padahal kayaknya kalian bahagia banget."

Ya. Akhirnya waktu sudah memakan semuanya. Waktu sudah menyamarkan ceritanya. Tapi, waktu masih belum bisa menghapus emosi yang ada.

Gue sudah lupa kapan terakhir kali ada teman yang nanya keadaan gue setelah gue menjadi jomblo. Sampai akhirnya tadi malam, salah seorang teman yang sudah lama sekali tidak berjumpa karena doi sibuk bergelut dengan urusan tambang di dunia antah berantah yang tidak mampu dijangku oleh sinyal, bertanya kabar gue lewat BBM.

"Ban, kondisi kamu sekarang gimana?"
"Kelihatannya?"
"Kalau diliat dari twit-twit sama statusnya sih, masih galauan."
"Nggak semua yang kamu lihat itu benar."

Diakhiri dengan smile. Eh, nggak sih. Sepertinya agak lebih tepat smirk.

Tiga bulan ternyata waktu yang cukup buat gue untuk me-recovery hati gue yang banyak selotipnya ini. Cepat ya? Kuasa Tuhan memang ternyata tidak bisa dibayangkan bisa sebegitu hebatnya.

Tragedi percintaan gue yang terakhir mencambuk gue cukup kuat untuk membuat gue membuka mata, hati, dan pikiran, untuk menyadari bahwa pacaran itu nggak akan pernah menjamin apa-apa. Pacaran lama, nggak menjamin pernikahan ataupun kebahagiaan, pacaran yang tiba-tiba, sangat tidak menjamin apa-apa. Catet.

Patah hati setelah ditinggalkan cinta merupakan hal yang wajar. Bukanlah cinta namanya bila ia pergi tanpa meninggalkan luka, bukan? Cinta pergi memang akan selalu meninggalkan cerita, kenangan, luka, dan juga pelajaran.

Tuhan mendatangkan seseorang ke dalam kehidupan kita, dan terkadang mengambilnya lagi dari kita. Bukan tanpa sebab. Bukan tanpa tujuan. Ada makna dari setiap pertemuan, ada pelajaran dari setiap perpisahan.

Maka dari itu

Thanks, Mantans.
Kalau kisah cinta kita nggak berakhir, mungkin gue nggak akan tau siapa-siapa aja teman gue, yang bener-bener teman. Siapa-siapa aja yang ada buat gue walaupun gue berada di dalam kondisi paling bawah sekalipun. Yang selalu ada untuk buat gue tertawa di tengah-tengah tangis gue.

Thanks, Mantans.
Kalau hubungan kita nggak berakhir, mungkin gue nggak akan bisa fokus untuk membahagiakan kedua orang tua gue. Mungkin gue nggak akan seperti sekarang yang setiap paginya bilang selamat pagi dan jangan lupa sarapan buat Mama sama Komandan, karena gue dulu selalu menomor sekiankan mereka, dan mengutamakan lo.

Thanks, Mantans.
Selepas lo pergi, sekarang gue lebih sering berdoa buat orang tua gue, buat orang-orang yang baik sama gue. Dulu waktu kita masih pacaran, gue cuma berdoa buat kita berdua doang, untuk lo doang. Sekarang, gue bisa jadi lebih berarti buat orang lain.

Thanks, Mantans. 
Mungkin kalau sampai sekarang kita masih pacaran, gue nggak segiat ini beribadah, memohon ampun untuk semua dosa, dan mengumpulkan pahala. Gue mungkin nggak akan tau kalau ternyata cinta Tuhan itu begitu besar. Gue mungkin nggak akan pernah tau betapa nikmatnya berbincang denganNya di tengah malam, karena waktu gue dulu gue habiskan untuk berbincang-bincang dengan lo hingga larut malam, dan melewatkan waktu untuk bersamaNya.

Thanks, Mantans.
Seandainya lo nggak ninggalin gue, mungkin gue nggak akan pernah tau kalau diri gue ini sangat nggak sempurna. Ketika lo ninggalin gue, gue sadar, ada yang salah sama gue, dan sekarang gue jadi gigih banget buat memperbaiki diri.

Thanks, Mantans.
Setelah kita berpisah, gue jadi lebih hemat, karena gue nggak perlu nyiapin budget untuk ngedate. Uang yang biasa gue sisihin untuk kasih kejutan-kejutan ke lo, sekarang bisa gue simpan dan nambahin budget belanja baju atau sepatu, atau untuk sekedar memanjakan diri gue sendiri di salon.

Thanks, Mantans.
Sekarang, di saat lo udah keluar dari kehidupan gue, gue nggak menghabiskan waktu gue untuk menatap layar handphone cuma untuk berharap dapat kabar dari lo. Handphone sekarang cuma gue pakai buat nelpon Mama, BBM Komandan, keep in touch sama teman-teman gue, mengabadikan memori, dan terkadang nyinyirin lo. Selepasnya, hidup gue berjalan seperti orang-orang kebanyakan.

Thanks, Mantans.
Setelah lo nggak ada, beban pikiran di otak gue jadi agak berkurang. Tenaga yang biasanya habis cuma untuk mikirin lo, galauin lo, sekarang bisa gue pakai buat hal-hal lain yang lebih membahagiakan gue. 

Thanks, Mantans.
Untuk cerita yang lo tulis di buku kehidupan gue. Untuk semua kenangan, pelajaran, dan pengalaman. Banyak hal yang bisa gue ceritakan dan bagikan ke anak-cucu gue nantinya.

Dan,

Thanks, Mantans.
Tanpa lo ninggalin gue, tulisan gue ini nggak akan pernah ada. Thanks untuk semua inspirasi yang ada. Kegalauan yang ada gara-gara lo, buat gue jadi lebih kreatif.

. . . . . . . . . . . . . . . . . 

Kehidupan harus terus berlanjut, bahkan saat setelah putus cinta. Iya, putus cinta memang meruntuhkan setiap dinding relung hati. Tapi lihatlah keluar. Dunia masih baik-baik saja. Kehidupan pun akan baik-baik saja.

Percayalah pada waktu.
Dia akan tetap berputar. Menghapus cerita, menyembuhkan luka, dan akan terus mengukir cerita.

Gue ikut senang ngeliat Mantans gue sudah berbahagia dengan hidupnya, tanpa gue.

Mantan yang dulu suka gue larang-larang supaya jangan suka ikut balapan liar, sekarang sudah masuk club motor yang legal, yang baik-baik. Dan dia bahagia tanpa perempuan di sampingnya. Ya. Dia cukup bahagia hanya dengan adanya motor bersamanya.

Mantan yang dulu katanya nggak boleh pacaran dan suka gue protes-in gara-gara suka cuek dan nggak romantis, sekarang sudah punya pacar, dan dia suka romantis-romantis-an sama pacarnya di socmed. Lihat betapa patah hati mampu merubah orang menjadi lebih baik.

Mantan yang dulu minta putus gara-gara mau fokus kuliah, sekarang lagi semangat ngasih kode ke gebetan. Kuliah memang akan jadi lebih seru ketika ada pujaan hati di kampus yang kasih semangat.

Mantans gue bahagia. Gue juga bahagia.

Sekali lagi,
Thanks, Mantans.
Untuk sudah mengakhiri cerita kita.
Lo memperbaiki gue seutuhnya.

Yogyakarta,
Dalam balutan cinta  dari seluruh alam.

0 comments:

Post a Comment