Sunday 17 November 2013

World of Bubunche

World of Bubunche,
A little world inside the big ones, where I can do everything I want.

Dunia ini terlalu besar untuk gue. Dunia ini terlalu banyak peraturan-peraturan yang nggak gue suka. Dunia ini terlalu banyak memiliki hal-hal yang (mau-nggak-mau) perlu kepura-puraan. Hal-hal yang membuat kita terkadang menjadi bukan diri sendiri.

Gue perlu dunia untuk gue sendiri. 
Dunia yang gue buat sendiri, buat gue sendiri.


Gue rasa sih, semua orang perlu punya dunianya sendiri. Dunia yang akan selalu terima mereka apa adanya, dunia di mana semua akan selalu menerima mereka apapun kondisinya. Mereka bisa jadi apa saja, bisa melakukan apa saja di sana. Mereka bisa kapan saja datang, bisa kapan saja keluar. Tidak ada yang akan protes ketika mereka harus sibuk dengan dunia nyata, tapi akan selalu menerima dengan hangat ketika mereka ingin pergi dari kenyataan.

Jadi, semenjak beberapa tahun silam gue membangun dunia untuk gue sendiri. Dunia yang seperti gue bilang tadi. Dunia di mana gue bisa lakukan semua yang gue mau. SEMUA.

Gue bisa nyinyirin orang sepuasnya, gue jadi yang paling bener, gue jadi yang paling pintar, gue yang paling tau, gue bisa buat semuanya jadi nyata.
Gue bisa jadi sok romantis, gue bisa ketawa, gue bisa nangis.
Gue presidennya, gue polisinya, gue juga bajingannya.
Nggak ada yang boleh protes, nggak ada yang boleh marah.

Dunia yang gue buat ini mirip-mirip kayak Tuhan, mau aja dengerin semua keluh kesah gue tentang ini-itu. Hampir sama kayak Mama, dukung apa aja yang mau gue lakuin. Seperti komandan, yang selalu iya-iya aja sama semua omongan gue. Kurang lebih kayak Abing yang selalu liat kebaikan gue dan pura-pura nggak liat kekurangan gue. Nggak jauh beda dari sahabat-sahabat gue yang selalu ada di saat gue perlu. Mungkin akan sama seperti suami gue nanti, yang selalu jadi partner gue dalam segala hal.

Kesetiaan dunia gue ini nggak perlu diragukan lagi. Ikhlasnya pun sudah terbukti nyata. Di mana dia nggak pernah protes ketika gue harus meninggalkan dia (dan sedikit melupakannya) dalam waktu yang lama, tapi selalu menyambut kedatangan gue dengan penuh suka cita.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Semua orang perlu dunia khusus untuk mereka sendiri. Ada banyak hal di dunia ini yang bisa dijadikan dunia kalian. Kamera, alat musik, buku, makanan, dan kalau buat gue, blog. Yah, walaupun gue adalah mahasiswi jurusan sastra yang nggak banyak tau soal sastra dan tulisan gue masih acak adut, blog tetap bisa menjadi dunia yang membuat gue nyaman.

Blog, dunia di mana gue bisa pamer kebahagiaan, menceritakan kesedihan, menertawakan kebodohan, meluapkan kemarahan.

Seru kan?
Bangunlah dunia kalian sekarang, kalau kalian belum punya. Kembalilah bagi kalian yang sudah pernah membangun tapi saat ini sedang meninggalkan mereka. Percayalah, mereka akan selalu tersenyum lebar untuk kedatangan kalian, membuka tangan untuk memeluk, memasang telinga untuk mendengarkan cerita kalian, dan menyiapkan diri untuk beraksi bersama.

Yogyakarta, di mana otak sedang candu dalam
buaian dunia milik sendiri yang telah lama
ditinggalkan dengan diiringi lolongan anjing
tengah malam.

0 comments:

Post a Comment