Wednesday 5 October 2011

No One Can Replace You, Mom

"No matter space and distance make it looks so far, still I know you're still here by my side" (Bondan F2B - Not with Me)

Setelah absen utak atik blogger selama liburan (tapi nggak absen buka yah! Cuma buka dashboard doang sih *hahah*), akhirnya malam ini aku putusin buat mencoba menulis lagi. Itung-itung memperbaiki tata cara tulisan yang memang nggak pernah bagus. Apalagi setelah masuk kuliah writing yang dosennya sekarang makjleb, tulisan aku di mata si dosen itu bagaikan biskuit yang ada di tangan balita: diremas sekali langsung ancur blas jadi debu *shock berat* http://www.emocutez.com Jadi suka males lagi mau nulis. Apalagi mengingat kalau udah blogging nggak mungkin nggak sampai malam (banget). Takut insomnia kembali kambuh (sekarang udah sembuh ini!). Dan kalau insomnia kambuh, suka galau. Jadinya malas mau blogging.


Tapi setelah ada rasa yang mengganjal ngeliat tanggal terakhir posting.. dengan menimbang-nimbang berat badan yang sekarang *ehem* udah masuk kategori proporsional, akhirnya log in juga ke blogger. Masuk blogger, liat-liat dashboard dulu, baca-baca blog temen-temen dulu, terus niatan mau ganti poto eh tapinya tampilan blogger yang baru ternyata agak aneh ya (bukan aneh! elunya aja katrok, Ban!) jadinya setelah klak klik sana sini eh nggak nemu. Yaudin lah, nggak jadi ganti poto. Belum lagi koneksi yang super duper memancing untuk misuh, niatnya nggak mau misuh (kan sudah alim) tapi ternyata keadaan memaksa, akhirnya misuh lah (HAHAHA). Lalu pada akhirnya, cursor menuju ke arah icon pensil dan jari pun mulai menari.

Sebenernya niat mau nulis di blog sudah muncul semenjak aku sudah kembali ke tanah rantauan. Tapi, aku rasa aku masih belum sanggup untuk menuliskan apa yang mau aku tulis. Sampai saat ini pun, sebenarnya aku masih ragu dengan apa yang mau aku tuliskan ini. Antara iya dan nggak mau nulis tentang seseorang yang sekarang benar-benar memenuhi rongga dada, ada di setiap hembusan nafas, dan menghantui fikiran: Mama.

Aku nggak tau deh apa ini namanya. Berlebihan mungkin kata yang tepat kali ya. Mungkin. Tapi, baru kali ini deh yang bener-bener ngerasain kalau Mama itu sosok yang abadi yang nggak akan pernah hilang dari hidup aku. Bahkan, sekarang aku lebih takut saat Mama menghilang satu jam nggak kasih kabar apa-apa dari pada anjing ibu kos menghilang (nggak nyambung, Ban!!) Pokoknya, Mama itu harus selalu sms aku dari pagi, siang, malam! Nggak boleh alpa! Malahan sekarang inbox hape selalu penuh sama sms-sms yang datangnya dari Mama, bukan yang lain-lain.

Mungkin, ini efek dari kebersamaan aku dan Mama yang terlalu lama di liburan kali ini. Sepuluh hari sebelum pulang kampung, si Mama datang ke Jogja, terus satu bulan barengan juga sama Mama, jadinya sudah terbiasa sama Mama. Ketika tiba Mama hilang dari dunia nyataku, itu jadi hal yang paling berat, jauh lebih berat dari gajah yang obesitas dan sakit, jauh lebih sakit daripada ketimpa durian jatoh. Mungkin juga karena aku yang terlalu anak mama, jadi waktu aku kembali ke sebuah kamar 4x5 dan menyadari aku sendiri dan nggak ada Mama, dunia berasa hhhaaammppaaa banget! Dan yang biasanya kalau pulang ke tanah rantauan nangis cuma sehari atau dua hari, kali ini aku nangis kurang lebih sepuluh hari http://www.emocutez.com Kalian semua mungkin langsung bilang "PARAH!" atau "BEGO BANGET!" atau "BODOKNYA ANAK INI!" atau "DIA HILANG KEWARASANNYA!" , tapi ini memang terjadi, ini dikarenakan perasaan yang benar-benar jujur dan tulus (ah emang dasar elunya cengeng, Ban!)

Mungkin aku salah waktu minta Mama datang ke Jogja. Waktu ada Mama di Jogja, ke mana-mana sama Mama. Buka puasa sama Mama, keluar cari makan sahur dingin-dingin sama Mama, keliling Malioboro panas-panas sama Mama, semuanya sama Mama. Nggak ada satu detikpun yang terlewatkan tanpa adanya sosok Mama. Bangun tidur liat Mama, mau tidur peluk Mama (walau harus berantem dulu sama Abing, dan yang tua pasti menang), mau mandi pamit Mama, sudah mandi pamer sama Mama *HAHAH*, bahkan kalau aku harus jalan sendirian pun nggak akan pernah betah untuk lama-lama. Karena saat aku buka pintu kamar yang bernomor 209 itu, pasti ada Mama yang bakalan ngejawab salam. Tapi sekarang? Aku masih bisa mendengar suara Mama waktu aku buka pintu kamar dan ucap salam, walau sosoknya nggak ada, tapi aura Mama masih tertinggal.

Di Balikpapan yoh biar punya kamar sendiri tapi nggak pernah aku tempatin lagi kalau lagi pulang kampung. Itu kamar mungkin sekarang jadi kamar *ehem* dia yang nggak mau aku sebut namanya. Soalnya cuma jadi kamar buat ganti baju hahah. Kalau sudah malam, aku tidurnya nyumpel di kamar Mama. Ngedusel-dusel, nyempil, biar bisa berkumpul jadi satu kayak ketan sama Mama, Komandan, sama Abing. Jadi akhirnya ada extra bed di kamar Mama buat persiapan kalau aku pulang kampung. Dan sebelnya, aku harus berantem dulu sama Abing supaya aku bisa tidur sama Mama. Masalahnya, si Abing ini nggak pernah mau yang namanya tidur sama-sama Komandan dan dia maunya tidur sama aku. Nah? Kayak apa sudah aku bisa tidur sama Mama kalau kayak gini ceritanya? Mana mungkin aku nyempil di tengah-tengah Mama sama Komandan! Akhirnya yaahh.. ada pertumpahan air mata dulu lah di wajah Abing ya kan, hahaha, baru bisa tidur sama Mama. Itu pun akhirnya si Mama yang ngalah tidurnya di tengah-tengah aku sama Abing di extra bed, si Komandan kesepian tidur sendiri bwahahahaha (sekarang aku yang tidur sendiri *karma*)

Mama memang nggak akan pernah tergantikan dengan apapun. Walau di kata punya ibu angkat, tapi perlakuannya nggak akan pernah sama seperti Mama. Kelembutan, kasih sayang.. Itu yang buat aku nggak bisa berenti nangis kalau ingat Mama. Apalagi kalau ingat tragedi pick up mabok yang nyerempet aku dan menghasilkan luka-luka cacat di kaki ku! Siapa yang sibuk? Mama. Siapa yang obatin? Mama. Siapa yang ngeladenin ini itu? Mama. Bahkan Mama juga yang akhirnya ngelarang aku pulang ke Jogja sesuai jadwal yang membuat aku semakin lama di Balikpapan dan semakin lama berada sama-sama Mama. Mama yang suapin makan, Mama yang selalu ngecek kakiku di saat aku memejamkan mata, Mama yang benerin selimutku, Mama yang pegang minyak bau yang aku sendiri nggak mau pegang buat obatin kaki ku, Mama yang peluk aku waktu aku heboh dibersihin lukanya di rumah sakit, Mama yang nuntun jalan waktu aku masih nggak bisa jalan, Mama yang sibuk nyuruh minum obat, Mama yang senang waktu aku bilang aku sudah bisa jalan (besoknya nggak bisa lagi), dan yang paling diingat.. Mama yang akhirnya mandiin aku gara-gara tanganku pun luka dan nggak boleh basah. Mama yang cuci rambut aku kayak waktu aku kecil dulu. Ah, ingin rasanya kembali ke usia 5 tahun, masa di mana aku bisa sama Mama sepuas hati.

Sampai di Jogja, keadaan masih belum pulih. Setiap kesusahan yang aku alami sendirian di kos, mengingatkan pada Mama. "Kalau ada Mama semuanya nggak akan sesulit ini." Hampir satu minggu aku nggak berani telepon Mama. Aku nggak mau Mama dengar aku nangis, karena aku juga tau Mama di sana masih nangis. Kata Komandan mata Mama sampai bengkak, Jadi aku harus keliatan tegar di depan Mama nggak boleh buat Mama semakin sedih. Aku tau Mama itu masih khawatir banget sama aku soalnya masih belum bisa jalan-jalan bebas kayak biasa. Bawa motor pun masih belum bisa, pasti Mama juga mikirin nanti aku ke mana-mananya gimana. Semuanya pasti susah kalau nggak ada Mama, dan Mama tau itu. Aku tau Mama maunya aku masih di Balikpapan sampai benar-benar sembuh, aku juga maunya begitu. Tapi, tuntutan kuliah udah manggil-manggil kayak mainan kucing dari China.

Sialnya, barang-barang Mama waktu Mama ada di Jogja ada beberapa yang ketinggalan. Buat aku semakin ingat kalau sebulan yang lalu ada Mama di kamar ini. Pengen rasanya ada Mama di ruangan kecil ini, tapi aku dan Mama tau itu nggak bisa. Lagipula, mungkin kalau Mama di sini Mama akan semakin repot yah.. Pernah di entah hari ke berapa saat aku baru kembali ke Jogja, aku bilang terima kasih sama Mama, dan minta maaf cuma ngerepotin Mama waktu aku pulang kemaren. Dan apa jawabnya?
"Mama nggak ngerasa di repotin sama sekali kok, Kak. Memang sudah kewajiban Mama buat ngearwat anaknya. Kakak minta maaf kayak sama orang lain aja. Mama jadi sedih kalau kakak bilang kakak ngerepotin Mama."
Bwaaaa.... Malah tambah mewek abis baca balasan sms Mama itu!

Dan saat aku sudah pulih.. Bayangan Mama masih saja nggak bisa hilang, malahan semakin menjadi nyata. Waktu itu, aku nggak bisa pakai celana jeans, soalnya kaki aku gak bisa dilurusin untuk masuk ke celana jeans. Setelah beberapa hari di Jogja, aku bisa pakai celana jeans lagi, dan aku langsung bilang sama Mama. Sebenrnya sih, pengen ada Mama di sini, liat kalau anaknya sudah sembuh dan bisa pakai celana jeans lagi. Karena Mama nggak ada, jadinya mewek (lagi). Jadi bener-bener ngerasa manfaatin Mama, waktu sakit deket-deket sama Mama, sudah sembuh malah jauh dari Mama. Waktu ngomong begitu, eh malah dimarahin lagi sama Mama, hahahah. Malah diolokin kalau cengeng. Jadinya ketawa (sambil nangis) *tepok jidat*

Mama selalu bilang, kalau Mama itu nggak akan pernah ninggalin aku jauh-jauh. Kata Mama, Mama akan selalu ada setiap waktu. Walau memang pada kenyataannya aku sama Mama terpisahkan lautan, berbeda pulau dan terselisih waktu, tapi Mama akan selalu lekat di hati. Posisi Mama di hati ini memiliki ruangan khusus tersendiri yang nggak bisa dimasukkin sama orang lain, dan lebih besar ukurannya daripada yang lain. Nggak akan pernah tergantikan sama Ibu angkat atau bahkan sama pacar (udah nggak jaman, Men galau gara-gara pacar sekarang, HAHAH). Setelah Mama meyakinkan aku berkali-kali kalau Mama masih di sini *nunjuk hati* akhirnya aku sekarang bisa hadapin apa yang memang seharusnya aku hadapi. Bukan dengan tangis, tapi dengan senyum. Berusaha sebisa mungkin mewujudkan apa yang diharapkan Mama sebagai pembayar apa yang sudah dilakukan Mama buat aku.

Ketulusan kasih sayang Mama itu nggak akan pernah ada yang bisa menduplikat. Selama Mama masih ada, jangan pernah disia-sia-in. Karena dunia ini serasa ditelan banjir bandang kalau Mama sudah pergi.

No one can replace you, Mom. Even there are so many people love me, no one who can love me like the way you do. I love you more than I love my self, kiss and big hug :*



3 comments:

  1. Ia, Ibu itu terlalu berharga bagi seorang anaknya, ga kan ada yang bisa gantiin.

    ReplyDelete
  2. agak lebai sich. tp aku setuju. apa lagi kalo kau kayak aku ban. terakhir liat mamaku di bandara waktu pulang abis nganterin aku, ampe sekarang ga pernah liat langsung lg. mana kotaku itu utan ga da 3G video call lg.

    tp bawa santai aja sayang, semua ada waktunya kok.... kalo dah lulus juga ampe gempor cium tuh mama.... pesek..pesek dah......

    ReplyDelete
  3. hahaha.. iya lebay, tapi ini yang terjadi...

    iyah ini dibawa santai.. ada saudara2 seperti kalian yang membuatku tetap kuat jauh dari orang tua :)

    ReplyDelete