Monday 23 January 2012

Inikah yang disebut Masa Kanak-Kanak?

"Masa kanak-kanak adalah masa terindah dan terdamai sepanjang hidup"


Tulisan ini terinspirasi dari sebuah broadcast BBM yang dikirim oleh seorang teman di sebuah malam yang tak langsung ku baca. Broadcast itu sebuah program yang mengirim pesan ke semua kontak yang ada di aplikasi chatting pada telepon genggam tertentu. Biasanya, pesan yang dikirim bisa berupa info, tips, kabar-kabar terbaru, lelucon, tapi yang paling sering dikirim lewat broadcast adalah pesan-pesan yang nggak penting. Itu yang buat aku malas untuk membuka pesan yang berupa broadcast.



Hingga akhirnya temanku mengirimiku sebuah broadcast yang kalimat depannya adalah "Wajib dibaca oleh semua yang SD-SMP di tahun 90-an". Aku nggak langsung membuka pesan yang masuk ke telepon genggamku itu. Alasan utamanya karena aku lagi ada di rumah, dalam rengkuhan keluarga yang membuatku malas untuk mengurusi hal-hal yang kurang penting, termasuk pesan-pesan broadcast. 


Namun kemudian setelah lewat sekitar hampir dua hari, sebelum tidur aku sengaja mengecek telepon genggam berwarna ungu milikku itu dan membuka-buka pesan yang belum aku baca, dan bertemulah aku dengan pesan broadcast temanku itu. Sekian menit membaca, aku tersenyum dan kemudian tersadar akan sebuah kenyataan yang lumayan menyelekit yang sedang terjadi saat ini.

Broadcast yang dikirim temanku itu berisi tentang perbedaan-perbedaan antara masa kanak-kanak di era 90-an dengan masa kanak-kanak di era milenium seperti saat ini. Pesan itu menyadarkan bahwa di balik semua kesuksesan kemajuan teknologi di abad ke-20 ini, beberapa aspek kehidupan kita juga mengalami proses kemunduran.

Pesan yang mengungkap beberapa point perbedaan antara masa kanak-kanak dulu dengan sekarang itu mengingatkan kembali apa yang dulu biasa dilakukan manusia saat mereka disebut berada di masa kanak-kanak yang akan sangat susah untuk kita temui di masa modern ini.

Hal pertama yang membuatku tersenyum ketika membaca pesan yang muncul di telepon genggamku itu adalah tentang tazos yang dulu sewaktu aku kelas 3 atau 4 SD (kalau aku nggak salah ingat) menjadi hal nomor satu yang dijadikan patokan untuk menjadi seseorang yang "hebat". Siapa yang bisa punya tazos banyak dan bisa merangkainya menjadi hal-hal yang unik, dia yang bisa dibilang hebat.
"Aku punya tazos seratuuss.." 
"Ah, kamu kalah. Aku punya dua ratus.." 
"Aku punya dua ratus lebih dan aku bisa buat kuda." 
"Aku bisa buat kapal dari tazos." 
"Aku bisa buat rumah" 
 ....
Kira-kira dulu seperti itu persaingan di antara bocah-bocah SD tentang tazos-tazos mereka yang mereka kumpulkan dari membeli chiki seribuan. Walau terkadang bohong atas jumlah tazos yang mereka punya, itu urusan belakangan, yang penting "hebat" di depan teman-teman mereka.

Selain tazos, ingat nggak sama kartu-kartu tokoh Pokemon yang dulu juga kita dapat dari chiki-chiki seribuan? Dulu, kartu yang biasa dimainkan dengan cara diteplok itu juga jadi persaingan ketat di kalangan anak-anak SD. Pemainan teplok kartu itu dimenangkan sama anak yang kartunya jatuh dengan posisi terbuka. Ada keyakinan, kalau kartunya bergambar tokoh Pokemon yang hebat di film kartun, maka kartu itu juga menjadi gacoan hebat di permainan kartu. Biasanya, yang kalah harus memberikan kartu kesayangannya kepada si pemenang. Sedangkan, pemenang persaingan kartu tokoh Pokemon itu kurang lebih dengan persaingan tazos. Yang menang adalah anak-anak yang punya kartu Pokemon banyak dan punya kartu-kartu dengan gambar tokoh yang langka.

Zaman dulu, anak-anak sudah merasa bangga sekali dengan menggunakan jam tangan merk G-shok yang ada lampunya yang bisa dinyalakan kalau gelap dan sepatu sandal ber-merk Neckerman yang juga bisa nyala kalau diinjk. Bisa punya dengan cara merengek sama orang tua karena teman-teman yang lain sudah punya dan tinggal kita sendiri yang belum punya.

Games yang dulu paling nge-trend? Super Mario dan Harvest Moon yang biasa dimainkan di rumah dan punya memori untuk menyimpan bagian-bagian games yang nantinya bisa dilanjutkan lagi. Nggak ada tuh anak kecil zaman dulu yang ngabisin waktunya di warnet buat main games tembak-tembakan atau main jejaring sosial yang memang belum untuk usia mereka.

Zaman aku kecil dulu, lagu-lagu yang paling sering dinyanyikan teman-teman seusiaku adalah lagu-lagu anak-anak yang dinyantikan Maisy, Chikita Meidi, Trio Kwek-Kwek, Bondan, dll. Penyanyi anak kecil zaman sekarang? Aku pun mengakui dengan segala kerendahan hati kalau aku nggak mengenal satu penyanyi kecil satu pun saat ini. Mendengar anak-anak kecil zaman sekarang nyanyi lagu anak-anak pun sekarang sudah jarang ku dapati. Lagu-lagu yang mereka tau kebanyakan tentang cinta yang harusnya mereka kenal sekitar 15 tahun lagi.

Hari Minggu zaman dulu itu hari yang paling ditunggu-tunggu dari hari-hari yang lain. Walaupun libur, masih tetap bangun pagi demi menonton film-film kartu kesayangan, full dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang. Jam yang nggak boleh diganggu gugat untuk seorang anak kecil untuk menonton film kartun. Ada Doraemon, Sinchan, Ultramen, Power Rangers, dll. Sedangkan sekarang? Hari Minggu dipenuhi dengan acara-acara musik yang dipenuhi dengan boyband atau girlband.


Satu hal yang paling mencolok perbedaannya antara anak zaman dulu dan zaman sekarang adalah penguasaan teknologi. Masih ingat kapan pertama kali punya handphone pribadi? Kalau nggak salah ingat, aku pertama kali punya handphone itu kelas 5 SD. Itupun gara-gara mulai sibuk bimbel di sekolah dan nggak tentu jam pulangnya makanya dikasih handphone biar bisa gampang minta jemput pulang. Tapi anak zaman sekarang? TK pun mereka sudah pegang BlackBerry atau Ipad atau tablet. Alasannya? Entah. Mungkin orang tuanya nggak mau anak-anaknya ketinggalan zaman dan buta teknologi. Atau bisa jadi, barang-barang teknologi tinggi itu memang rengekkan anaknya demi mengikuti perkembangan gaya pergaulan anak kecil di masa kini.

Mungkin memang nggak ada salahnya mengenalkan teknologi kepada anak sedari dini. Tapi kita juga harus menyesuaikan tahapan pengenalan teknologi dengan usia anak. Jangan sampai masa kanak-kanak yang seharusnya dipenuhi dengan tawa, mainan, permen, dan tak ada masalah direnggut dengan persaingan teknologi yang semakin berkembang cepat. Mari kita coba kembalikan warna warni ceria masa kanak-kanak untuk adik-adik atau bahkan anak-anak kita. Tidak ada satupun yang berhak merebut bahagianya masa kanak-kanak, bahkan teknologi sekalipun.

terima kasih untuk broadcast dari seorang teman :)

2 comments:

  1. haha.. aku juga dapet broadcastnya ban...
    benar2 bikin kita ingat masa kecil kita. dulu mainan tamiya sekarang anak kecil mainannya mah need for speed

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ets, ada bondan, aku baru baca komenmu :p
      Yaudin, adek2 kita diajarin lagi kayak mainan2 kita dulu :D

      Delete