tipu-tipu berhadian lebaran

Yang namanya jahil bawaan lahir itu memang teramat sangat susah untuk dihilangkan ya. Apalagi ternyata ketika sudah bertambah besar malah tambah banyak yang ngajarin trik-trik jahil. Hahaha. Jadilah gue the master of jahil. *cool*

Tahun pertama kuliah memang asik buat iseng untuk memanipulasi berita kepulangan ke kampung halaman. *halah bahasanya susah. Baru pertama dilepas ke hutan rimba antah berantah, sudah pasti keluarga di rumah sangat menantikan waktu libur sehingga si anak kera bisa kembali pulang dan melepas rindu. Menipu untuk bilang "Nggak bisa pulang nih lebaran ini, kuliahnya padat banget ternyata *dengan emot sedih*" menjadi cara lain buat gue untuk tahu siapa-siapa saja yang ternyata cinta banget sama gue *smooch*.

Ide buat tipu-tipu kerabat terdekat yang mengharapkan kepulangan gue (makasih ya yang mengharapkan gue pulang *terharu*) itu munculnya tiba-tiba. Gara-gara awalnya gue juga kena tipu sama Mr. Bambang, yang bilang "Kamu nggak usah pulang ya lebaran. Lebaran di Cilacap aja. Tiket ke Balikpapan mahal."

Nah lho, ya akhirnya gue jadi kasihan juga gitu kan sama doi. Yaudahlah, kalau memang nggak memungkinkan gue untuk pulang, gue nggak akan maksa. Gue kan nerimo orangnya, hahaha. Lagian, waktu itu kan masalah tanggalan libur masih belum jelas samasekali. Jadinya yaudah, pasrah ajalah gue ini.

Eh taunya, teman-teman gue kok malah pada nekat untuk beli tiket pulang kampung tanggal 1 Oktober. Nekat jugalah gue untuk kembali mengajukan proposal kepulangan ke tuan besar, yang akhirnya di-acc juga sama doi. Ah, sebenarnya beliau ini juga sangat rindu. Tapi gengsi.

Berhubung gue selalu didesak pertanyaan "Lo balik kampung nggak lebaran nanti?" di saat kepastian pulang masih terombang-ambing di lautan lepas, ya gue jawab jujur ajalah waktu itu, "Kayaknya nggak deh. Bokap bilang tiket mahal, jadi disuruh lebaran di Cilacap tuh gue."

Dan ternyata gue akhirnya dibelikan tiket untuk pulang kampung, maka si tanduk merah di kepala muncullah secara tidak bisa ditahan. Keterusan deh akhirnya bilang lebaran di Cilacap. Dan akhirnya, jeng jeng! Sekian korban berjatuhan di dalam lobang tipu gue. Termasuk raja tipu (baca : Jayadhek, seorang guru yang merangkap jadi kakak, temen curhat, dan temen gila). Padahal waktu itu doi sempat chat gue, waktu gue sudah di Balikpapan. Cuma gue bilangnya mau mudik ke Cilacap, padahal gue lagi siap-siap mau ke Samarinda. Eh doi percaya. Bukan salah gue lah doi percaya ye kan. *smirk*

Akhirnya, sandiwara tipu-tipu gue berakhir waktu gue nongol di depan pintu rumah teman-teman pas lebaran. Pertama yang tahu kena tipu si Ami. Salah satu sahabat gue tersayang yang konyolnya minta ampun. Karena lebaran pertama gue sekeluarga di Samarinda - tempat nenek - dan lebaran kedua harus keliling tetangga dan keluarga di Balikpapan, jadi lebaran ketiga barulah gue membongkar semuanya.

Padahal gerak-gerik gue waktu itu sudah mencurigakan. Tapi nggak ada satupun yang sadar kalau mereka sedang masuk dalam jebakan betmen gue. Ya mungkin gue terlalu hebat kali ya.

Waktu itu gue ngebet banget supaya teman-teman Warrior (sebutan kelas STM gue) bisa keliling ke rumah teman-teman lainnya waktu lebaran. Memang sih itu rutinitas kami setiap tahunnya, tapi ya logikanya gue kan nggak lagi di Balikpapan, buat apa gue begitu repotnya mau mengatur jadwal, broadcast pengumuman ke mereka dari jarak jauh? Sebegitu pentingnya kah mereka? *DigebukinWarrior*

Setelah deal mau keliling lebaran di hari ketiga (walau nggak jelas) akhirnya pagi-pagi gue colong start. Jadi janjiannya jam sepuluh, gue sudah berangkat dari jam 8. Target pertama: Ami. Hal pertama yang gue lakukan adalah SMS doi, untuk memastikan doi ada di rumah mana. Susah sih ya doi ini, rumahnya banyak! Gue nggak mau kena tipu balik dong, iye nggak?

Gue : Ami.. (sent)
Pending.
Sms lagi.
Gue : Ami.. (sent)
Pending.

Wah, ganti nomor nih anak! Sebar sms ke teman-teman yang lain, tanya nomor baru Ami. Akhirnya dapet. Sms lagi.
Aku : Ami.. (sent)
Delivered.
Nggak dibalas. *sapi!* Siasat terakhir. Cumi (cuma miskol!). Akhirnya dibalas.
Ami : siapa nih?
Gue : Bani, Mi. Yaelah.
Ami : Oalah. Kenapa, Bun?
Gue : Ganti nomor nggak bilang-bilang kamu ya. Oke. Cukstaw.
Ami : Hehehe. Nomor pribadi,  Bun, jadi ga disebar. Kenapa?
Gue : Ahelah, mcam teroris aja. Kamu di mana, Mi? Nggak ikut keliling sama anak-anak kah?
Ami : Di rumah. Nggak, Bun. Ada keluarga datang dari Sangatta.nih, mau pada ke pantai.
Gue : Di rumah mana kamu, Mi? Pantai rame loh, ini Mi.
Ami : Nggak apa. Mumpung ada keluarga ini.
Gue : Kamu di rumah mana? *monyong ni Ami. Point utama sms kan tanya dia di rumah mana. Malah nggak dijawab-jawab.*
Ami : Di rumah rapak aja aku, Bun. Tapi nih lagi di rumah seberang.
Gue : Rumah seberang mana lagi tuh?
Ami : Rumah seberang rumahku maksudnya. Lagi kumpul sama keluarga.
Gue : *udah siap ambil kunci motor mau meluncur. Entah kenapa perut mendadak mules* Oh. Begitu. Yaudah deh. aku mau boker dulu.
Ami : Ih!

Selesai boker (dengan berantem dulu rebutan kamar mandi sama Abing) langsung pamit sama Mama, Komandan dan meluncur ke rumah Ami. Sampai di rumah Ami, ambil handphone - searching 'Warrior Ami" - calling - no answer - readial - No answer *SEMPAK!* Sms.
Gue : Mi. Di mana? Aku di depan rumah nih.
Lempeng nggak ada balasan. Wah, jangan-jangan udah ke pantai nih anak! Telpon lagi. Tuutt..
Ami : Aku baru selesai mandi, Bun.
Gue : Oh ya kah. Cepet turun ya. Aku di depan rumah.
Ami : Ah bohong..
Gue : Lah? Bohang bohong. Beneran ini. Cepet yak!
Ami : Huuh..Yasudah sebentar.

Ami keluar dari rumah. Jeng jeng!
Gue : Aaaammmmiiii!!!
Ami : Kaammuu!! Pulang kok nggak bilang-bilang...? *loncat-loncat nggak jelas*
Gue : Surprise, Mi, surprise! Demi kamu, aku pulang.
Cipika cipiki - berpelukan - gosip.
Selesai. Target satu - status : BERHASIL.
Perjalanan dilanjutkan.

Rencana mau langsung ke rumah Ijul (teman kongkalikong gue di Jogja. Padahal yo waktu itu pulang satu pesawat, tapi dia bilang ke yang lain gue di Cilacap. Super!), tapi akhirnya gue memutuskan untuk mampir dulu ke rumah seorang teman yang mendadak jadi target tambahan. Sempat nggak percaya juga dia kalau gue udah ada di depan rumahnya. Akhirnya ketemu, cerita sebentar, selesai. Target tambahan - status : BERHASIL. Perjalanan dilanjutkan. Jemput Ijul.

Sampai di rumah Ijul, langsung meluncur ke rumah Dhila. Dhila ini, salah satu sahabat gue juga yang biasa gue panggil Mamak. Padahal ya dia juga dari Jogja, tapi karena begitu hebatnya gue ini *benerin kerah baju* teteup aja kena tipu. Hebatlah gue ini.

Menurut info yang gue dapat, katanya bocah-bocah itu sudah berkumpul di rumah Dhila. Berkedok SMS pakai handphone Ijul, untuk minta ditungguin. Bisa berabe kalau sampai ditinggalin mereka.

Sampai di rumah Dhila - parkir motor - manjat tangga yang tingginya bisa buat gue langsing dan betis bengkak - Ijul masuk duluan.

“Assalamu’alaikum...!!”

Dhila keluar rumah, jeng jeng!
“Wa’alaikum salam... Kaammuu!!!?? Ihhh!! Sebel loh aku!” *cubit-cubit gue*. “Aku nangis nih..”
Segitu terharunya ya dia bertemu gue. Iya, gue tau kok gue emang kangenable.  Cipika cipiki - pelukan - gosip bentar. Anak-anaknya udah duluan ternyata ke rumah Pak Pasha. Eh salah. Pak Sigit, wali kelas waktu SMA. Dhila masih cubit-cubit aku. Sampe akhirnya aku nyerah dan melarikan diri nyusulin anak-anaknya ke rumah Pak Sigit. Dhila masih nunggu ada yang jemput dia. Jadi ya gue  duluan. Target kedua - status : BERHASIL.

Ke rumah Pak Sigit. Ketemu sama Midah dan pacar, Shintya, Rista - bubuhan warrior semua ini. Semuanya pada nggak tau kalau gue pulang. Cuma pada mengumpat : Kurang aja ni anak! Katanya di Jogja!
Target keempat, kelima, keenam - status : BERHASIL. Si pak Sigit nggak perlu dihitung korban. Beliau nggak ada urusan sih gue mau pulang kek, nggak kek. Nggak ada efeknya.

Perjalanan di lanjutkan ke rumah Ijul lagi. Rame-rame. Pada lapar. Jadi pengen makan soto makassar dulu di rumah Ijul. Sambil nunggu Dhila dan Supri juga. Pada istirahat dulu. Makan-makan soto, puding, kue. Terus perjalanan di lanjutkan. Mampir ke rumah Midah, ke rumah gue. Terus lanjut ke rumah Rizal.

Nah ini ini. Ini si kepala suku dari warrior, abang sayangnya gue. *love* Semalem sudah disuruh datang ikut keliling, eh malah nggak nongol. Dasar juga. Ini salah satu sasaran utama dari sandiwara.

Sampai di rumah Rizal. Rame, banyak tamu orang tuanya. Bingung mau manggil doi gimana. Eh adeknya lewat - wush! Dicegat sama anak-anak. "Dek, Rizal mana?"
Langsung dipanggilin, "Ndul! Ada teman-temanmu nih!"
Kita ngikik aja dengar dia dipanggil Ndul.

Aku sandaran di pintu biar nggak langsung tewa kalau pas si abang keluar. Nggak lama dia keluar dari rumah, jeng jeng.. “Weeh.. aayyy... Lah!? Kamu? Ooooooohhh... Begitu kah sekalinya?!"
Hahaha.. Pertamanya mau nyambut anak-anaknya eh malah kaget lihat gue nempel di tembok kayak cicak.
Nggak babibu, langsunglah kami masuk ke rumahnya Rizal. Maap lahir batinan sama emak bapaknya, terus makan soto makassar *lagi. Istirahat bentar, selesai, pulang. Target ketujuh - status : BERHASIL.

Sekarang motor diarahkan ke rumah Om Yadhek. Ini, sasaran utama. Sengaja didatangin paling akhir. Tapi ya akhirnya yang sampai ke rumah om Yadhek cuma berlima : gue, Ijul, Dhila, Supri, Rizal. Yang lain ada urusan sendiri. Okelah. No prob.

Lanjut. Di jalan ke rumah om, tepisah nih sama Dhila sama Supri. Mereka tau jalan tembus, la gue sama Ijul kan anak rumah jadi taunya jalan umum doang. Akhirnya si Dhila sampai duluan. Gue sama Ijul nyusul.

Sampai rumah om,  om senyum liat Ijul nongol. Akhirnya gue  nongol juga di balik badan Ijul. Om langsung nunjuk : "Ooooo! Sial!"

Gue cuma mesam mesem sambil bilang “Assalamu’alaikum..” *muka imut*

“Saya barusan bilang lho, Bit (panggilan gue dari om Yadhek : rabbit disingkat Bit!) sama ibu kalau kamu nggak pulang.”
“Wih! Om bohong sama Ibu. Hih! Dosa dosa!”
“Ooo sial! Kamu itu PENIPHU! Gondok saya!”
Korban tergondok sepanjang abad. Target kedelapan dan yang terakhir - status : BERHASIL.

Senang dan puas banget bisa bohong dan tipu-tipu. *ngakak* Apalagi yang terakhir. Gue yo dulu pernah kena tipu-tipu sama om Yadhek. Dulu dia memalsukan identitas. Jadi ceritanya om Yadhek itu punya ibu. Lah ibunya itu guru SD gue. Anaknya malah jadi guru SMA gue. Balikpapan. Orangnya ya itu-itu aja. Terus kami tuh dulu mau berkunjung ke rumah Om Yadhek. Terus terjadi percakapan..

Om : Bit, rumah om itu deket loh sama rumah Bu Ruma, (nama ibunya om Yadhek)
Gue : Oh yakah om? Di mananya? Ini rumah om, sampingnya rumah Bu Ruma?? *sambil gambar-gambar di rok.
Om : Hah? Iya iya.
Aku : Oh asik dong ya! Nanti ya saya main di rumah Bu Ruma ya om!
Om : Ya silahkan.

Besoknya mainlah ke rumah om Yadhek. Lah ada Bu Ruma di rumah Om..Wah, senanglah hati gue ini. Langsung salaman dan nanya : Loh, ini rumahnya Bu Ruma atau rumahnya Om Yadhek? *pertamanya gue  pikir Bu Ruma itu lagi nenangga di rumah om.
Bu Ruma : ya rumahnya Bu Ruma ya rumahnya om juga..
Gue : Ooohh.. *muka geblek..10 detik - oh! Jadi om ya anaknya Bu Ruma dong?!

Jder! Baru kenal aja udah tipu-tipu! Dasar! Sekarang kita 1-1 ya om Yadhek! :D

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Anyway, saya atas nama pribadi Nurbani Trisna Wardhani binti Bambang Tristianto memohon maaf lahir dan batin atas segala kekhilafan yang saya perbuat yaa. Sudah idul fitri, nggak boleh gondok lagi. *muka polos* *senyum imut*