Sunday 12 November 2017

4 Years in 1 Page

"Waktu berjalan? Tidak. Dia berlari."

Awal mula ingin bercerita, tapi tidak menemukan media yang tepat. Mau nulis di status media sosial, kayaknya yang baca bakal jengah, karena kepanjangan. Mau nulis di notes facebook, kok terkesan seperti zaman alay dulu.
"Enak di blog kali ya," pikir gue. Akhirnya teringatlah sama page gue ini. Sibuk nyari akun, dapat. Lupa password, dapat. Eh, pas dibuka kok direct ke halaman 4shared muluk *CRY*. 

Yaudah, bodo amat lah yah. Tulis aja dulu, urusan benerin direct-direct-an itu, nanti diusahakan, ditanyakan ke ahlinya.

Anyway, waktu gue buka lagi, 7 posting-an teratas masih seputar kegalauan gue "ZAMAN ITU". Iya, zaman itu, hahaha. Postingan terakhir hampir 4 tahun yang lalu. Empat tahun. Kira-kira, 4 tahun yang lalu di jam ini gue lagi ngapain, ya? Kalau sekarang sih, gue lagi di kamar aja, nonton TV, dan.....
nungguin anak tidur.

Banyak cerita yang terjadi selama empat tahun terakhir di kehidupan gue. Cuma, gue nya aja yang nggak sempat (baca : kurang rajin) untuk expose. 

2014
KKN sudah rampung, kuliah juga sudah hampir tiada. Tapi, apa daya menyelesaikan skripsi tidak semudah yang diduga, hahaha. Dihadapkan dengan berbagai macam godaan: kemalasan, nggak fokus, suka nunda-nunda, pacaran (?), ngebuat skripsi gue molor rampungnya setahun kemudian. 2014 buat gue berlari begitu saja. Eh, nggak begitu saja banget sih. Kalau diingat-ingat lagi, 2014 lebih dari sekedar menyenangkan. Karena skripsi gue taroh di nomor sekian, hahaha, gue punya banyak waktu buat pulang ke rumah, jalan-jalan, nongkrong, pulang malam, dan menghabiskan waktu percuma seperti orang muda kebanyakan. Gue bahkan sudah berhasil menginjakkan kaki di tanah Bromo, dan menjelajah di tengah suhu dinginnya daerah Dieng.
Dan, yang paling melekat di ingatan adalah, setelah setahun sebelumnya gue patah hati dan memilih untuk membiarkannya begitu saja sampai entah kapan, ternyata Tuhan tidak berkehendak sama. Dia kembali mengirimkan beberapa orang ke hidup gue untuk membantu mengumpulkan serpihan, mengukir kisah, dan pelajaran. Salah satunya ternyata yang sekarang gue lihat setiap hari di waktu gue bangun dan mau tidur.

2015
Hampir di tengah tahun, akhirnya gue berkumpul dengan keluarga tapi tidak di rumah, tapi di kota cinta. Yes, finally I  finished my study and graduated. Alhamdulillah, wisudaan gue nggak cuma didampingi sama orang tua dong, emangnya ambil rapot sekolah, hahaha. Sudah ada yang mendampingi, yang tertulis di kata pengantar skripsi dan akhirnya di buku nikah.
Rampung kuliah, gue memilih untuk tidak kembali ke kampung halaman. Entah gue yang memaksakan, atau memang sudah jalan Tuhan. Sebelum wisuda, gue sudah diterima kerja tetap kota Yogyakarta. Cinta dan rezeki ada di kota ini, lalu bagaimana lagi? Terpaksa, mama, komandan, dan Abing - lagi - yang harus menerima jarak sebagai pemisah.

2016
Waktu berputar. Semenjak dua tahun lalu memutuskan menjalin hubungan, akhir tahun lalu hingga pertengahan 2016 menjadi waktu-waktu gue menjadi kembali GALAU, hahaha. Sudah banyak rekan-rekan yang berbagi foto di pelaminan, foto bayi-bayi lucu pun sudah bertebaran. Bahkan, Nurul, salah satu BOSAND pun akhirnya bersanding sama si Fadlan yang sudah dipacarinya dari jaman STM di pelaminan. Gue? Gue juga inginkan kepastian. Apalagi gue trauma dengan hubungan jangka lama dan berujung menyakitkan. Dua tahun rasanya cukup untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
Ternyata, harapan bukan sekedar harapan. Akhirnya, gue berada di tahap di mana gue diminta untuk tanya ke komandan dan mama tentang : kapan keluarga doi bisa ke rumah untuk membicarakan pernikahan. Giliran harapan diiyakan, gue GALAU - lagi. Gimana cara ngomongnya ke mama, yak? Sangking galaunya gue, gue memilih hari Jum'at buat ngomong sama mama, apa banget deh, gue.  
"Ma.."
"Apa, Kak?"
"Mau ngomong."
"Apa?"
"Eh nggak jadi, deh, hehe"
BATAL
"Ma.."
"Apaaa"

"Mau ngomong.."
"Dari jaman kuda bergigi kayu, mau ngomong, mau ngomong. Mau ngomong apa?"
"Aduh, kok kakak mules, hehe."
"Nah kan."
"Kakak poop dulu deh."
BATAL
Entah berapa Jum'at terlewati, tiap mau ngomong nggak jadi muluk. Akhirnya sampai suatu Jum'at gue berani bilang. Jawaban mama waktu itu : "Ya, monggo." Jeh, gue persiapan mental berminggu-minggu, jawabannya gitu doang. Akhirnya, setelah lama sekali nggak menghirup udara kota minyak, gue pulang. Sendiri? Tentu saja tidak.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2017
Tahun ini, menemui akhirnya saja belum, tapi sudah banyak mengukir cerita tak terlupakan sepanjang hidup. Awal tahun, cincin terlingkar di jari manis, janji terucap, status istri pun disandang. Yes, tidur tidak peluk guling lagi, hahaha. Setelah pertengahan tahun lalu memutuskan hengkang dari pekerjaan dan fokus mempersiapkan pernikahan, ternyata Tuhan masih tetap ingin memberikan rezekiNya. Niat hati tidak ingin bekerja sampai setelah menikah, belum ganti tahun sudah keterima di tempat lain. Alhamdulillah. Setelah menikah tinggal beradaptasi lebih lanjut dengan tempat dan orang-orang baru.
"Kita mau pacaran dulu aja, lah." Itu sih, niat awal setelah ijab qabul. Lah, siapa sangka ternyata lagi-lagi Tuhan memberikan rezeki yang nggak terduga-duga. Baru sebulan digodain orang-orang paska jadi pengantin baru, di perut gue sudah dititipkan bayi. Iya. Bayi. Bayi yang selama 39 minggu gue bawa ke mana-mana. Bayi yang akhirnya gue - iya gue - lahirkan tepat sehari sebelum ulang tahun gue yang ke 26.
Fa biayyi alaa'i Rabbi kumaa tukadzi baan.

Well, semoga masih diberikan waktu yang cukup untuk menikmati kebahagiaan yang tiada henti-hentinya diberikan Tuhan. Semoga masih panjang usia, untuk bisa terus mengukir cerita, dan bercerita.


Yogyakarta, dalam rintikan hujan dan pulasnya si bayik.

0 comments:

Post a Comment